Selasa, 08 Januari 2013

Mahatma Ghandi Contoh Mendidik Anak Tanpa Kekerasan



Suatu hari Mahatma Ghandi menyuruh anaknya mengantarkannya kesebuah pertemuan, ketika sampai disebuah pertemuan mahatma ghandi menyuruh anaknya kebengkel dan menservise mobilnya.“nanti saya tunggu disini jam 5″, pesan mahatma ghandi
Sang anak pun melakukan kewajibannya pergi kebengkel menservise mobilnya. ternyata service mobil lebih cepat dari perkiraannya, masih banyak waktu luang sampai jam 5 sore.
Ide menghabiskan waktu luang pun muncul, yaitu nonton film dibioskop. Karena asyiknya nonton film, sang anak lupa dengan kewajibannya menjemput sang ayah, ketika dia teringat sudah satu jam setengah sang ayah menunggu, betapa kagetnya sang anak.
Dalam perjalanan sang anak bingung, takut, apa yang akan dia katakan. seperti manusia biasanya berbohong adalah jalan terbaik.
“apa yang membuatmu terlambat datang nak” tanya mahatma ghandi, sang anak pun takut dan bingung mendengar pertanyaan ayahnya ” tadi servisnya baru selesai” jawab sang anak,
“mengapa kamu berbohong nak, saya tadi sudah menelphone bengkel katanya sudah selesai beberapa jam yang lalu”, sang anak hanya terdiam malu merunduk

“tampaknya ayahlah yang salah dalam membesarkan kamu, ayah tidak bisa mendidik kamu untuk berkata jujur, sebagai kesalahan yang ayah lakukan, ayah akan berjalan kaki dari sini sampai rumah”
Kemudian mahatma ghandi berjalan kaki sejauh 18 km selama 5 jam lebih, dan  sang anak mengikutinya dari belakang, melihat apa yang diperbuat pada ayahnya betapa dia menyesalinya, perbuatan bodoh berbohong yang dia lakukan telah berakibat sengsara pada ayahnya. Sejak itu sang anak bertekad tidak akan pernah bohong lagi.

****
Dalam kehidupan sehari apabila kita mendapati anak sedang melakukan kesalahan kita cenderung memarahinya, cenderung menghukumnya, dan cenderung memukulnya. Buah pelajaran apakah yang akan didapat oleh sang anak, kecuali rasa trauma bukan pelajaran hidup. Mahatma ghandi pun membuktikan bahwa mendidik seorang anak tanpa kekeran pun bisa.

Dampak dari kekerasan pada anak bisa berakibat fisik maupun psikologi. Seperti yang kita tahu masa anak adalah masa pertumbuhan, dimana tulangnya masih rawan, apabila kita berlebihan hal-hal tidak di inginkan terjadi.
Dampak psikologis sendiri adalah otak bisa menyusut bila dimarahi,Kondisi pikiran yang serba negatif itu merupakan salah satu akibat dari “keracunan otak” yang dilakukan oleh orang tua anak. Kondisi yang tidak kondusif, orang tua pemarah, bisa berpengaruh langsung ke kondisi kesehatan otak anak.

Inilah yang terjadi pada diri anak-anak Indonesia. Hasil survei Pusat Intelegensia Kesehatan Kementerian Kesehatan menunjukkan hasil yang cukup mengejutkan, mayoritas anak Indonesia berpikiran negatif yang dinilai sebagai pola pikir yang tidak sehat.

Kepatuhan seorang anak dan menjadi seorang anak yang penurut tentu akan membuat bangga, akan tetapi benarkah sang anak menurut atas kesadaran dari diri sendiri atau sang anak menurut karena takut.  Apakah anda seorang karyawan biasa? atau mungkin office boy lah. Apa yang ada pada jiwa office boy, dia menilai dirinya rendah. jika bertemu orang lain, tiada keberanian pada dirinya, selain merunduk dan mengalah. Apakah anda menginginkan anak anda ketika besar jiwa office boy yang tertanam pada dirinya.

Dampak psikologi lain adalah meniru apa yang dilakukan orang tuanya, seperti seorang ayah yang mudah memukul sang anak pun mudah memukul pada temannya disekolah atau sang ibu yang selalu memarahi bukan tidak mungkin rasa yang dipendam akan di lampiaskan pada temannya dengan umpatan-umpatan kotor.

Mengetahui seseorang anak berbohong itu mudah tetapi membuat anak untuk kapok berbohong itu sangat sulit. kejujurana adalah suatu hal yang berharga, apabila dia jujur mau mengakui kesalahan dan tidak melakukan kesalahan yang sama, maka dukunglah dan beri motivasi bahwa kejujuran akan membuat hidup lebih mujur bukan menjadi hancur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar